Home » » Sepak bola Indonesia yang Lebih Merdu

Sepak bola Indonesia yang Lebih Merdu

Written By Mas-opic on Friday 24 January 2014 | 02:19

sepak bola indonesia
Jakarta - Sepak bola Indonesia dan kasak-kusuk di dalamnya belum menghasilkan prestasi yang diidamkan. Tapi dukungan buat sepakbola Indonesia tak seharusnya berhenti karena di luar itu ada ingar bingar yang lebih merdu: cerita keberhasilan Garuda-Garuda muda.

Kamis, 1 Agustus 2013, sekelompok orang berkumpul di sebuah lapangan futsal di Bandung. Dengan khidmat dan penuh semangat, mereka yang memakai seragam berwarna putih tersebut melafalkan setiap bait janji dengan lantang.

"Janji kehormatan, Timnas Indonesia Homeless World Cup. Demi kehormatanku, atas nama Indonesia, aku berjanji akan menjaga nama baik tanah air Indonesia. Berbuat yang terbaik bagi tanah air Indonesia. Pantang menyerah, melakukan perubahan diri, dan berbakti bagi tanah air Indonesia," ucap mereka.

Ya, orang-orang itu adalah para pemain, pelatih, dan manajer tim dari Timnas Indonesia yang akan bermain di Homeless World Cup 2013 di Poznan, Polandia, beberapa waktu lalu. Mulai tahun ini hingga ke depan, janji tersebut akan diucapkan sebagai janji kehormatan Timnas HWC Indonesia.

Homeless World Cup adalah Piala Dunia-nya orang-orang yang secara sosial termarjinalkan. Mereka yang tergabung sebagai pemain biasanya adalah orang-orang yang pernah terjerat narkoba, pengidap HIV, dan hidup sebagai kaum miskin.

Yang lebih berat lagi, mereka hidup dalam stigma dan diskriminasi. Apapun yang mereka lakukan sering kali masih dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat, bahkan dianggap sampah, walaupun mereka terus berusaha untuk keluar dari dunia itu.

Lewat Homeless World Cup itulah mereka berusaha menunjukkan bahwa stigma hanyalah stigma dan diskriminasi hanyalah sudut pandang yang terbelokkan oleh tampilan luar.

Pada tahun 2012, dalam kejuaraan yang berlangsung di Mexico City, Indonesia tampil sebagai semifinalis. Mereka kemudian melaju ke perebutan tempat ketiga, tapi kalah dari Brasil. Itu adalah pencapaian tertinggi Indonesia di turnamen tersebut.

"Harapan saya cuma satu setelah ini: semoga kami bisa menjadi orang yang lebih baik, syukur-syukur bisa berguna buat orang lain. Dan semoga Indonesia juga menjadi lebih baik," ujar Arif Apriadi, salah satu anggota skuat Indonesia pada perhelatan tahun 2012 itu.

Harapan Arif sama seperti harapan para pemain lainnya yang mengikuti Homeless World Cup. Untuk pemain dari negara lain, harapannya adalah untuk negaranya. Untuk Arif, harapannya tentu saja buat Indonesia.

"Di akhir turnamen saya dipanggil pihak penyelenggara. Mereka menyampaikan salut dan apresiasi atas penampilan kita. Mereka juga berterima kasih pada fans Indonesia, karena arus twitter Homeless World Cup begitu deras dari Indonesia. Mereka bilang, berkat twitter dari Indonesia, turnamen ini menjadi lebih terkenal!" seru Febby Arhemsyah, manajer tim Homeless World Cup Indonesia.

Membanggakan buat Indonesia, membanggakan juga buat diri sendiri.

Timnas Homeless World Cup Indonesia hanyalah salah satu contoh dari sebagian besar suara merdu soal Indonesia di luar sana. Di luar itu, masih ada sekelompok anak Indonesia yang kerap bergaung di kejuaraan Danone Nations Cup atau malah menjadi juara di Milan Junior Camp Day.

Tahun 2011, Indonesia All Star Team tampil sebagai juara di Intesa Sanpaolo Cup. Intesa Sanpaolo Cup sendiri merupakan turnamen tahunan yang menyedot perhatian di Milan Junior Camp Day. Sebagai catatan, kemenangan di tahun 2011 itu melanjutkan sukses serupa dari perhelatan sebelumnya.

Pada laga final turnamen tersebut, tiga pemain berusia 15 tahun diizinkan untuk diturunkan, yakni Gavin Kwan Adsit, Sabeg Fahmi Fachrezy, dan M. Maulid. Di antara ketiganya, Gavin kini jadi yang paling menonjol. Saat ini dia bermain bersama tim reserve CFR Cluj (Rumania).

Cerita-cerita dari Milan, Mexico City, dan terakhir Poznan memang tidak akan habis untuk diceritakan ulang. Selalu ada momen-momen yang bikin bangga hingga unik.

Yang juga tak kalah menarik, Tim Homeless World Cup berangkat ke Mexico City tanpa bantuan dari Pemerintah. Mereka berangkat dengan dana patungan dari masyarakat. Baru pada 2013, keberangkatan mereka ke Poznan mendapatkan perhatian dari Kemenpora.

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Komentar anda sangat berarti untuk perkembangan blog ini :

♦ Komentar sesuai dengan topic pembahasan
♦ No LINK AKTIF, SARA, SPAM
♦ Menjaga silaturahmi sesama blogger
♦ Disarankan menggunakan Open ID

 
Support : Facebook | Indosat | XL Axiata
Copyright © 2013. Ex-perimentku - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger