Menarik membaca buku yang ditulis oleh Carmine Gallo berjudul Rahasia
Inovasi Steve Jobs (The Innovation Secrets of Steve Jobs). Yang membuat
menarik adalah karena Carmine Gallo tidak hanya bercerita tentang
bagaimana Steve Jobs membuat inovasi, tapi juga menguraikan bagaimana
para inovator lain berdjoeang untuk menghasikan karya-karya besar yang
bermanfaat untuk manusia. Gallo juga berhasil menyajikan sebuah benang
merah, mengumpulkan karakter-karakter penting yang wajib dimiliki oleh
seorang inovator. Dengan karakter-karakter inilah, para inovator
bergerak dan berdjoeang sehingga akhirnya bisa menghasilkan karya
inovasi yang legendaris di dunia ini. Pada tulisan ini saya menyajikan 5
karakter yang wajib dimiliki oleh para inovator, yang di rangkum dari
tulisan Carmine Gallo.
5 karakter inovator, sudahkah kita miliki? Mudah-mudahan kita semua tetap dalam perdjoeangan untuk meraihnya. inspiratorku
1. LAKUKAN YANG KITA CINTAI
Steve
Jobs adalah contoh terbaik bagaimana dia mencintai apa yang dia
lakukan. Pada tahun 1976 Steve Jobs mendirikan Apple, 10 tahun kemudian
dia dikeluarkan dari perusahaan yang dia dirikan sendiri. Tak menyerah,
Jobs tetap berdjoeang pelan-pelan membangun perusahaan bernama Next.
Langkah berikutnya mengakuisisi divisi computer grahics dari LucasFilm,
yang kemudian diberi nama Pixar. Ditangannya Pixar akhirnya melaju dan
sukses dengan karya animasi legendaris seperti Toy Story. Pixar akhirnya
bergabung ke Disney, di mana Jobs menjadi pemilik saham terbesar di
Disney. Dengan kondisi sukses seperti itu, Jobs tetap memutuskan kembali
ke Apple di tahun 1996, untuk menyelamatkan perusahaan yang dia dirikan
yang kondisinya sudah hampir hancur. Dalam dua tahun, Jobs berhasil
mengubah Apple yang hampir bangkrut menjadi perusahaan yang memiliki
profit. Salah satu ungkapan terkenal Jobs ketika ditanya, kenapa bisa
bertahan dengan semua ini, “Satu hal yang membuat saya tetap bertahan
adalah bahwa saya mencintai apa yang saya lakukan”. Ya ketika kita
mencintai apa yang kita lakukan, tak ada yang sanggup membuat kita
berhenti dalam berdjoeang.
Cinta
dan passion juga lah yang membuat James Dyson ikhlas melakukan
eksperimen selama lebih dari 5 tahun, dan mengalami 5126 kegagalan dalam
membuat penyedot debu dual cyclone tanpa kantung. Ketika akhirnya
berhasil pun, Dyson masih harus kecewa karena tak ada satupun produsen
penyedot debu di Inggris, negara kelahirannya, yang mau mengadopsi hasil
karyanya. Hingga akhirnya terpaksa diproduksi sendiri dan dijual bukan
di Inggris, tapi di negara yang jauh dari jangkauannya yaitu Jepang.
Eli
Harari, yang mendapatkan gelar PhD dari Princenton University di bidang
semikonduktor, juga pernah membuat kesalahan besar dengan mencoba
berinovasi membuat alat pancing. Padahal Harari sendiri tidak suka
memancing dan bahkan tidak pernah pergi memancing. Inovasinya berakhir
di kegagalan besar. Ketika Harari memutuskan kembali menggeluti bidang
yang dia cintai, lahirlah inovasi USB flash memory yang legendaris
sampai sekarang, yang menghantarkannya mendirikan perusahaan SanDisk.
Harari sendiri akhirnya terkenal dan dijuluki bapak flashdisk.
Google
adalah perusahaan yang mengerti bahwa cinta dan passion bisa membuat
seseorang menjadi produktif. Perusahaan yang didirikan oleh Larry Page
& Sergey Brin ini membuat kebijakan Innovation Time Off, di mana
pegawai boleh mengalokasikan 20% waktu kerjanya untuk melakukan
pekerjaan yang mereka cintai dan jadi passion mereka. Dan beberapa tahun
kemudian, kenyataan membuktikan bahwa Innovation Time Off yang
sebenarnya hanya 20% dari waktu kerja formal itu, berhasil menghasilkan
lebih dari 50% produk dan layanan baru google saat ini.
2. TINGGALKAN JEJAK DI ALAM SEMESTA
Visi
hidup untuk meninggalkan jejak di alam semesta juga merupakan karakter
wajib bagi para inovator. Mark Zuckerberg, founder facebook mengatakan
bahwa, semua yang dia lakukan bukan soal menghasilkan uang, facebook
dibuat supaya dunia menjadi terbuka bagi siapapun, dengan menghubungkan
atribut sosial setiap orang yang membuat akun di sana.
Steve
Wozniak ketika mendirikan Apple bersama Steve Jobs pada tahun 1976
mengatakan bahwa, visi mereka adalah mengubah dunia dengan menghadirkan
komputer bagi orang biasa. Komputer bagi orang biasa, adalah visi dan
mimpi yang terlalu besar di tahun 1976. Karena pada saat itu komputer
tidak memungkinkan untuk digunakan orang awam, disamping tidak ada user
interface yang memadai, aplikasi yang tidak banyak untuk pemakaian
sehari-hari, juga ukuran fisiknya yang sangat-sangat besar.
Visi
untuk meninggalkan jejak ini penting ketika kita mengamati bagaimana
Xerox seharusnya bisa menguasai seluruh industri teknologi informasi di
era tahun 1970an. Karena mereka menjadi pioner di hampir semua produk
canggih dalam dunia teknologi informasi. Xerox dengan Palo Alto Research
Center (PARC) nya sudah berhasil mengembangkan aplikasi berbasis
graphical user interface (GUI) dan device mouse, yang di era itu, belum
ada yang berhasil memproduksinya. Justru kunjungan Steve Jobs ke PARC
yang akhirnya menjadi kunjungan paling bersejarah dalam dunia industri
PC (personal computer), karena Steve Jobs lah yang akhirnya bisa
berinovasi dengan mencontek produk Xerox PARC untuk pengembangan produk
Apple yang bervisi komputer yang bisa digunakan untuk orang biasa. Steve
Jobs mengungkapkan bahwa seandainya Xerox mempunyai visi untuk
meninggalkan jejak di alam semesta ini, kondisi saat ini akan berbeda.
Sebaliknya, Adele Goldberg, salah satu founder dan petinggi Xerox
mengatakan bahwa, “mengizinkan Steve Jobs berkunjung ke Xerox PARC
adalah keputusan paling buruk dalam sejarah korporasi di dunia”.
3. PERAS OTAK
Tidak
ada manusia yang bodoh, karena otak manusia yang beratnya 1 kg,
ternyata hanya dipakai kurang dari 1% oleh manusia biasa, dan hanya 4-5%
oleh manusia jenius seperti Albert Einstein. Masih tersisa 95-99% dari
otak kita yang menganggur alias belum kita pakai. Saya pernah menulis
tentang ini dalam artikel defargmentasi otak. Harus kita sadari bahwa
kita belum maksimal menggunakan otak kita. Kebodohan bukanlah karena
kita tidak ada kemampuan untuk menjadi pintar, kebodohan adalah
ketidakmauan kita untuk belajar dan bekerja keras. Kisah perjalanan
hidup Adam Khoo dalam bukunya “I am gifted and so are you …”,
menyadarkan kita bahwa tak ada manusia bodoh di dunia ini. Adam Khoo
yang ketika SD mendapatkan nilai selalu buruk dan dicap bodoh, kemudian
pelan-pelan bangkit dan berhasil menjadi nomer 1 di SMP, SMA dan
universitas, hingga akhirnya dengan usaha dan belajar kerasnya berhasil
menjadi milyader termuda pada usia 25 tahun di Singapura.
Aaron
Stern bahkan menempuh langkah gila untk membuktikan bahwa jenius itu
tidak dilahirkan, tapi jenius itu bisa diciptakan. Penelitian dilakukan
dengan obyek penelitian putrinya sendiri bernama Edith Stern. Edith
sejak lahir dididik dalam lingkungan steril yang mendukung untuk
menjadikannya cerdas. Hasilnya, Edith berhasil menyelesaikan membaca
Encyclopedia Britanica pada umur 5 tahun, memiliki IQ 200, dan
mendapatkan PhD di bidang matematika pada umur 15 tahun. Project Edith
yang digagas Aaron Stern membuktikan bahwa kecerdasan manusia bisa
dilatih untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi. Sekali lagi tidak ada
manusia di dunia ini yang bodoh, yang ada adalah manusia yang tidak mau
berusaha dan bekerja keras.
4. BERPIKIR BERBEDA
oger
Wolcott Sperry, salah satu pakar neurologi mengatakan bahwa otak
manusia terdiri dari dua hemisfer, otak kanan dan otak kiri, yang
mempunyai fungsi yang berbeda. Otak kiri cenderung mengurusi hal logis,
algoritmis dan matematis, sedangkan otak kanan mengurusi intuisi dan
imajinasi. Manusia cerdas adalah manusia yang bisa mengkombinasikan otak
kiri dan kanan. Banyak orang menyangka bahwa harus selalu berpikir
secara logis, padahal kenyataannya, keputusan bisnis sering dikeluarkan
dengan menggunakan insting dan intuisi yang notabene menggunakan otak
kanan. Bahkan seorang Albert Einstein yang boleh dikatakan jenius di
bidang sains dan ilmu eksakta, mengatakan bahwa imajinasi lebih penting
daripada pengetahuan. Dengan imajinasi dari otak kanan, Einstein bisa
bebas tanpa batas memformulasikan berbagai teori yang ada di luar
jangkauan logika manusia pada masa itu.
Steve
Jobs juga mengandalkan konsep berpikir berbeda dengan menyeimbangkan
otak kiri dan kanan ketika mengembangkan produk Apple. Apple meluncurkan
produk iPod, sebuah alat pemutar musik, yang sebenarnya adalah produk
biasa dan sudah ada sebelumnya. Perbedaan dengan produk pemutar musik
lainnya adalah kemampuan Jobs menghubungkan iPod dengan layanan
penjualan musik yang dia bangun bernama iTunes. Asosiasi device iPod dan
iTunes adalah ide kreatif yang pada masanya belum ada yang mencoba
mengembangkannya.
5. GUNAKAN BAHASA MANUSIA
Karakter
inovator terakhir adalah kemampuan dalam menyampaikan pesan. Pakar
komunikasi Gregory Berns mengatakan bahwa seseorang bisa memiliki ide
hebat yang baru dan berbeda, tapi semua akan sia-sia jika tidak bisa
meyakinkan banyak orang. Salah satu faktor yang membuat kita mampu
meyakinkan orang lain adalah ketika kita mampu mengubah bahasa teknik
yang sulit ke bahasa yang mudah dipahami oleh manusia biasa. Berbicara
dengan bahasa manusia sudah sering saya uraikan di blog ini, misalnya
tulisan berjudul Wahai Dosen, Berbicaralah dengan Bahasa Manusia.
Marc
Russell Benioff, founder SalesForce, perusahaan yang bergerak di bidang
layanan aplikasi cloud menggunakan istilah menarik untuk membahasa
manusiakan terminologi cloud computing. The end of software, demikian
jargon SalesForce. Benioff ingin menunjukkan bahwa masa menjual software
dengan cara biasa sudah selesai, dan sekarang waktunya untuk menjual
software sebagai suatu layanan (software as a service). Dengan ini,
menggunakan software itu kondisinya sama seperti kita menggunakan
listrik atau telepon. Kita hanya perlu membayar sewa dari layanan
(software) yang kita gunakan secara periodik, baik bulanan atau tahunan.
Ketika
launching iPad, Steve Jobs tidak menggunakan kalimat teknik yang sulit
dan canggih, dia hanya mengatakan bahwa, “iPad adalah alat ajaib yang
revolusioner dengan harga yang mencengangkan”. Ketika memperkenalkan
MacBook Air, Jobs juga hanya mengatakan “MacBook Air adalah notebook
paling tipis sedunia”. iPod disajikan Steve Jobs dengan bahasa, “iPod,
seribu lagu di sakumu”. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Todd
Bishop, kalimat yang digunakan oleh Steve Jobs memiliki indeks fog
antara 5-7, sementara tokoh-tokoh IT lain seperti Bill Gates memiliki
indeks fog 9-11. Indeks fog adalah jumlah tahun pendidikan yang
diperlukan seorang pembaca untuk memahami sebuah perkataan. Bayangkan
anak SD kelas 6 pun tidak kesulitan mengikuti pidato dari Steve Jobs!
5 karakter inovator, sudahkah kita miliki? Mudah-mudahan kita semua tetap dalam perdjoeangan untuk meraihnya. inspiratorku
0 comments:
Post a Comment
Komentar anda sangat berarti untuk perkembangan blog ini :
♦ Komentar sesuai dengan topic pembahasan
♦ No LINK AKTIF, SARA, SPAM
♦ Menjaga silaturahmi sesama blogger
♦ Disarankan menggunakan Open ID